Stress..mama-mama sering banget menghadapi kondisi ini, kalau udah dalam kondisi stress rasanya hanya mau marah-marah saja, anak-anak melakukan kesalahan kecil tapi reaksi kita berlebihan. Kondisi ini sering saya hadapi dalam proses pengasuhan.
Ehmm kalau dipikir-pikir apa sih yang paling sering membuat kita stress dalam proses pengasuhan?. Seringnya masalah yang muncul karena proses komunikasi yang tidak baik, misalnya (pengalaman pribadi 😁), jika anak menginginkan sesuatu tapi tidak saya kehendaki, anak memaksa, saya pun tetap bertahan, anak meninggikan suara, saya pun terpancing meninggikan suara juga dan berakhir dengan tangisan si anak. Kalau saja saya mau mendengarkan mereka, apa mau anak, mendiskusikan dengan tenang, pasti deh hidup lebih indah 😊.
Kalau sudah mengalami kondisi lelah letih lesu karena sering ngomel-ngomel ke anak-anak 😁, pak suami lah tempat saya curhat. Seringnya jawaban dari curhatan saya, dia kirim dalam berbentuk artikel. Nah ini salah satu artikel yang dikirim pak suami, menurut saya sangat membantu proses komunikasi dengan anak-anak menjadi lebih baik.
Artikel ini diambil dari https://www.parent.com/8-expert-tips-talk-effectively-kids/
Kita ingin agar setiap kita berbicara kepada anak, mereka akan mendengarkan. Kita juga ingin agar anak-anak dapat dengan mudah berbicara apa pun dengan kita. Bagaimana yah caranya? Nah artikel ini bisa membantu kegalauan kita dalam proses komunikasi dengan anak. Artikel ini dibuat oleh seorang psikolog, 8 proses komunikasi ini dia dapatkan dari berbagai ahli selama bertahun-tahun dan proses ini dia gunakan baik di klinik maupun sebagai orangtua
1. Pergunakan kata-kata "Door Opener"
Apa sih maksudnya "door opener". ini beberapa contoh dari pernyataan door opener: wow, gitu yah, ohh, ayo cerita lagi, wah menarik nih, keren.
Dengan respon orang tua seperti ini, anak merasa diundang untuk berbicara, berbagi ide dan perasaannya kepada orangtua. Pernyataan ini juga memperlihatkan jika orangtua mendengarkan dan tertarik dengan apa yang mereka bicarakan. Respon ini penting karena anak-anak lebih cenderung berbagi ketika mereka berpikir orangtua terlibat dengan apa yang mereka katakan.
2. Lebih banyak menggunakan kata positif dibandingkan pernyataan negatif
Ehmm kalau dipikir-pikir apa sih yang paling sering membuat kita stress dalam proses pengasuhan?. Seringnya masalah yang muncul karena proses komunikasi yang tidak baik, misalnya (pengalaman pribadi 😁), jika anak menginginkan sesuatu tapi tidak saya kehendaki, anak memaksa, saya pun tetap bertahan, anak meninggikan suara, saya pun terpancing meninggikan suara juga dan berakhir dengan tangisan si anak. Kalau saja saya mau mendengarkan mereka, apa mau anak, mendiskusikan dengan tenang, pasti deh hidup lebih indah 😊.
Kalau sudah mengalami kondisi lelah letih lesu karena sering ngomel-ngomel ke anak-anak 😁, pak suami lah tempat saya curhat. Seringnya jawaban dari curhatan saya, dia kirim dalam berbentuk artikel. Nah ini salah satu artikel yang dikirim pak suami, menurut saya sangat membantu proses komunikasi dengan anak-anak menjadi lebih baik.
Artikel ini diambil dari https://www.parent.com/8-expert-tips-talk-effectively-kids/
8 cara meningkatkan komunikasi dengan anak-anak
Kita ingin agar setiap kita berbicara kepada anak, mereka akan mendengarkan. Kita juga ingin agar anak-anak dapat dengan mudah berbicara apa pun dengan kita. Bagaimana yah caranya? Nah artikel ini bisa membantu kegalauan kita dalam proses komunikasi dengan anak. Artikel ini dibuat oleh seorang psikolog, 8 proses komunikasi ini dia dapatkan dari berbagai ahli selama bertahun-tahun dan proses ini dia gunakan baik di klinik maupun sebagai orangtua
1. Pergunakan kata-kata "Door Opener"
Apa sih maksudnya "door opener". ini beberapa contoh dari pernyataan door opener: wow, gitu yah, ohh, ayo cerita lagi, wah menarik nih, keren.
Dengan respon orang tua seperti ini, anak merasa diundang untuk berbicara, berbagi ide dan perasaannya kepada orangtua. Pernyataan ini juga memperlihatkan jika orangtua mendengarkan dan tertarik dengan apa yang mereka bicarakan. Respon ini penting karena anak-anak lebih cenderung berbagi ketika mereka berpikir orangtua terlibat dengan apa yang mereka katakan.
2. Lebih banyak menggunakan kata positif dibandingkan pernyataan negatif
Anak-anak banyak mendengar kata "jangan", termasuk anak saya 😞. Sering sekali jika ingin menghentikan aktivitas mereka yang menurut saya tidak bagus atau memperingatkan mereka, saya menggunakan kata jangan. Kata "jangan" hanya menghentikan aktivitas mereka tapi tidak mengubah perilaku mereka, kata "jangan" juga tidak memberikan solusi. Tingkah laku positif yang ingin anda lihat malah tidak akan muncul, kata "jangan" hanya memperkuat tingkah laku yang tidak orangtua inginkan.
Tukarlah kata "jangan" dengan kata-kata positif, seperti:
"Jangan pergi keluar, terlalu dingin diluar" menjadi "bermain di dalam rumah saja yah, terlalu dingin jika bermain diluar"
"Jangan menggambar di tembok" menjadi "silahkan menggambar di atas meja"
"Jangan pukul adikmu" menjadi "bermain yang lembut yah dengan adikmu"
3. Berbicara dengan anak, bukan ke anak (menghindari kalimat menyuruh)
Dari pada hanya menyuruh-nyuruh anak saja, lebih baik libatkan anak dalam percakapan dua arah. Orangtua tidak hanya berbicara saja dengan anak tetapi orang tua harus berbicara dan mendengarkan apa yang anak sampaikan. Hal ini penting untuk di latih jika kita menginginkan hubungan yang sehat dengan anak-anak dimasa sekarang maupun masa yang akan datang.
Jika kita hanya menyuruh anak, kita memberi pesan bahwa pikiran dan perasaan anak tidak penting, hubungan orangtua dan anak hanya sekedar tentang anak melakukan apa yang diinginkan orangtua.
4. Mengunakan kata "saya" saat berkomunikasi
Orangtua saat berbicara dengan anaknya sering menggunakan pernyataan "kamu". Misalnya: kamu berantakan banget, kamu lambat. Menggunakan kata "saya" membantu kita mengkomunikasikan bahwa tingkah laku anak mempengaruhi kita dan memberikan ide kepada mereka tentang apa yang orangtua harapkan.
Contoh pernyataan seperti ini:
"Kamar kamu berantakan banget sih" menjadi "Mama minta tolong barang-barangnya dibereskan yuk"
"Kamu gak masuk akal" menjadi " Mama tidak mengerti, boleh jelaskan lagi maksudnya apa"
5. Membuat permintaan orangtua menjadi penting untuk anak
Terkadang kita bertanya kepada anak tetapi mereka abaikan, hal ini karena kita meminta sesuatu tidak jelas penyampaiannya. Untuk memastikan setiap kita bertanya atau meminta sesuatu kepada anak, mereka memperhatikan, kita terlebih dahulu harus memastikan jika kita mendapatkan perhatian anak kita kemudian berbicara dengan tegas untuk menunjukkan bahwa kita bermaksud mengatakan sesuatu dan beri anak alasan mengapa ia harus melakukan hal yang yang kita minta itu.
Sering terjadi pada saya adalah saya meminta anak melakukan sesuatu dengan tidak bertatap muka dengan anak alias bicara sambil berjalan meninggalkan mereka, hasilnya pasti anak mengabaikan permintaan kita.
Intinya saat kita berbicara pastikan kita mendapat perhatian dari anak, jika anak sedang asyik bermain, biarkan dia bermain dulu lalu pilih waktu yang tepat untuk mengatakannya.
Contoh permintaan yang ok menurut saya:
"Nak, Mama minta tolong kamu untuk membereskan mainan mu diatas meja yah, karena tidak ada tempat untuk kita makan dimeja"
Dibandingkan dengan
"Bisa gak kamu membereskan mainan mu? mama sudah memintamu berkali-kali!"
6. Tidak berkata dengan perkataan buruk dan melabeli anak.
Berkata buruk dan melabeli anak bahkan mempermalukan mereka adalah cara yang tidak membantu berkomunikasi dengan anak tetapi sering kita lakukan. Orangtua menggunakan pernyataan negatif agar anak-anak bertingkah laku baik sesuai keinginan orangtua, padahal kata-kata yang buruk hanya akan melukai perasaan anak-anak, mereka merasa orangtua tidak menyukainya dan secara negatif mempengaruhi pandangannya mereka tentang diri sendiri.
Pola komunikasi seperti ini dapat memicu masalah hubungan anak dan orangtua. Hindari menggunakan kata-kata se[erti "tingkah laku kamu seperti anak TK", "kamu mempermalukan saya", atau "kamu anak nakal".
7. Pergunakan perkataan atau sebutan baik
Kata-kata yang baik akan menciptakan hubungan yang baik dan tercipta pola komunikasi yang baik dengan anak-anak. Jika kita menghargai mereka saat berbicara akan membuat anak merasa dihargai dan menilai diri mereka positif. Dari pada berkata "kamu bodoh, sudah mama katakan kalau itu bisa pecah kalau kamu melemparnya" lebih baik berkata "ayo kita bersihkan, kecelakaan bisa terjadi"
Contoh lainnya:
8. Tunjukkan pada anak jika orangtua menerima mereka
Saat anak mengetahui jika mereka diterima apa adanya mereka dan bukan bagaimana orangtua menginginkannya. Ini membuat anak-anak berubah dan merasa nyaman dengan dirinya sendiri. Saat anak merasa baik tentang dirinya, mereka lebih mudah bergaul dengan orang lain dan juga merasa aman untuk membagikan pikiran dan perasaannya.
Ketika orangtua mengancam, memerintah, dan memberi ceramah kepada anak, itu membuat mereka merasa dirinya buruk, orangtua tidak menyukainya dan anak merasa mereka tidak bisa melakukan hal yang benar.
Saat anak-anak berkata "Aku tidak suka sayur," lalu respon orangtua "makan sayurnya, kamu selalu gak mau makan sayur. kamu seperti anak kecil," . Perasaan yang tersisa dalam hatinya hanya perasaan sedih dari perkataan orangtuanya.
Coba kita ganti perkataan tersebut menjadi, "Sulit yah nak memakan makanan yang tidak kamu sukai, coba deh beberapa suap jadi kamu tau kalau makanan ini berbeda rasanya dari terakhir kali kamu makan". Pernyataan ini bahwa orangtua mengakui perjuangan anak dan memberikan saran bagaimana anak dapat mengatasi suatu situasi.
Menerima anak bukan berarti menerima semua perilaku mereka. Berkomunikasilah dengan anak tanpa mempermalukan mereka
Komunikasi yang baik adalah jantung dari rumah yang harmonis dan merupakan kunci sehatnya suatu hubungan antara orangtua dan anak. Hal ini menyediakan tempat untuk anak tumbuh dan berkembang. Pola komunikasi yang baik antara orangtua dan anak akan membentuk dasar komunikasi yang baik dengan orang lain ketika anak kita tumbuh dewasa.
Seperti keterampilan lainnya, keterampilan komunikasi harus terus dilatih. Teruslah melatih keterampilan komunikasi ini yah moms. Pertama-tama memang cukup sulit dilakukan, terutama jika kita dulu didik oleh orangtua yang otoriter.
...Semangat moms...
Tukarlah kata "jangan" dengan kata-kata positif, seperti:
"Jangan pergi keluar, terlalu dingin diluar" menjadi "bermain di dalam rumah saja yah, terlalu dingin jika bermain diluar"
"Jangan menggambar di tembok" menjadi "silahkan menggambar di atas meja"
"Jangan pukul adikmu" menjadi "bermain yang lembut yah dengan adikmu"
3. Berbicara dengan anak, bukan ke anak (menghindari kalimat menyuruh)
Dari pada hanya menyuruh-nyuruh anak saja, lebih baik libatkan anak dalam percakapan dua arah. Orangtua tidak hanya berbicara saja dengan anak tetapi orang tua harus berbicara dan mendengarkan apa yang anak sampaikan. Hal ini penting untuk di latih jika kita menginginkan hubungan yang sehat dengan anak-anak dimasa sekarang maupun masa yang akan datang.
Jika kita hanya menyuruh anak, kita memberi pesan bahwa pikiran dan perasaan anak tidak penting, hubungan orangtua dan anak hanya sekedar tentang anak melakukan apa yang diinginkan orangtua.
4. Mengunakan kata "saya" saat berkomunikasi
Orangtua saat berbicara dengan anaknya sering menggunakan pernyataan "kamu". Misalnya: kamu berantakan banget, kamu lambat. Menggunakan kata "saya" membantu kita mengkomunikasikan bahwa tingkah laku anak mempengaruhi kita dan memberikan ide kepada mereka tentang apa yang orangtua harapkan.
Contoh pernyataan seperti ini:
"Kamar kamu berantakan banget sih" menjadi "Mama minta tolong barang-barangnya dibereskan yuk"
"Kamu gak masuk akal" menjadi " Mama tidak mengerti, boleh jelaskan lagi maksudnya apa"
5. Membuat permintaan orangtua menjadi penting untuk anak
Terkadang kita bertanya kepada anak tetapi mereka abaikan, hal ini karena kita meminta sesuatu tidak jelas penyampaiannya. Untuk memastikan setiap kita bertanya atau meminta sesuatu kepada anak, mereka memperhatikan, kita terlebih dahulu harus memastikan jika kita mendapatkan perhatian anak kita kemudian berbicara dengan tegas untuk menunjukkan bahwa kita bermaksud mengatakan sesuatu dan beri anak alasan mengapa ia harus melakukan hal yang yang kita minta itu.
Sering terjadi pada saya adalah saya meminta anak melakukan sesuatu dengan tidak bertatap muka dengan anak alias bicara sambil berjalan meninggalkan mereka, hasilnya pasti anak mengabaikan permintaan kita.
Intinya saat kita berbicara pastikan kita mendapat perhatian dari anak, jika anak sedang asyik bermain, biarkan dia bermain dulu lalu pilih waktu yang tepat untuk mengatakannya.
Contoh permintaan yang ok menurut saya:
"Nak, Mama minta tolong kamu untuk membereskan mainan mu diatas meja yah, karena tidak ada tempat untuk kita makan dimeja"
Dibandingkan dengan
"Bisa gak kamu membereskan mainan mu? mama sudah memintamu berkali-kali!"
6. Tidak berkata dengan perkataan buruk dan melabeli anak.
Berkata buruk dan melabeli anak bahkan mempermalukan mereka adalah cara yang tidak membantu berkomunikasi dengan anak tetapi sering kita lakukan. Orangtua menggunakan pernyataan negatif agar anak-anak bertingkah laku baik sesuai keinginan orangtua, padahal kata-kata yang buruk hanya akan melukai perasaan anak-anak, mereka merasa orangtua tidak menyukainya dan secara negatif mempengaruhi pandangannya mereka tentang diri sendiri.
Pola komunikasi seperti ini dapat memicu masalah hubungan anak dan orangtua. Hindari menggunakan kata-kata se[erti "tingkah laku kamu seperti anak TK", "kamu mempermalukan saya", atau "kamu anak nakal".
7. Pergunakan perkataan atau sebutan baik
Kata-kata yang baik akan menciptakan hubungan yang baik dan tercipta pola komunikasi yang baik dengan anak-anak. Jika kita menghargai mereka saat berbicara akan membuat anak merasa dihargai dan menilai diri mereka positif. Dari pada berkata "kamu bodoh, sudah mama katakan kalau itu bisa pecah kalau kamu melemparnya" lebih baik berkata "ayo kita bersihkan, kecelakaan bisa terjadi"
Contoh lainnya:
- "Terima kasih sudah membantu mama mencuci piring"
- "Wah ini membuat mama senang"
- "Mama sayang kamu"
- "Mama senang melihat kamu bermain dengan baik bersama saudaramu
8. Tunjukkan pada anak jika orangtua menerima mereka
Saat anak mengetahui jika mereka diterima apa adanya mereka dan bukan bagaimana orangtua menginginkannya. Ini membuat anak-anak berubah dan merasa nyaman dengan dirinya sendiri. Saat anak merasa baik tentang dirinya, mereka lebih mudah bergaul dengan orang lain dan juga merasa aman untuk membagikan pikiran dan perasaannya.
Ketika orangtua mengancam, memerintah, dan memberi ceramah kepada anak, itu membuat mereka merasa dirinya buruk, orangtua tidak menyukainya dan anak merasa mereka tidak bisa melakukan hal yang benar.
Saat anak-anak berkata "Aku tidak suka sayur," lalu respon orangtua "makan sayurnya, kamu selalu gak mau makan sayur. kamu seperti anak kecil," . Perasaan yang tersisa dalam hatinya hanya perasaan sedih dari perkataan orangtuanya.
Coba kita ganti perkataan tersebut menjadi, "Sulit yah nak memakan makanan yang tidak kamu sukai, coba deh beberapa suap jadi kamu tau kalau makanan ini berbeda rasanya dari terakhir kali kamu makan". Pernyataan ini bahwa orangtua mengakui perjuangan anak dan memberikan saran bagaimana anak dapat mengatasi suatu situasi.
Menerima anak bukan berarti menerima semua perilaku mereka. Berkomunikasilah dengan anak tanpa mempermalukan mereka
Komunikasi yang baik adalah jantung dari rumah yang harmonis dan merupakan kunci sehatnya suatu hubungan antara orangtua dan anak. Hal ini menyediakan tempat untuk anak tumbuh dan berkembang. Pola komunikasi yang baik antara orangtua dan anak akan membentuk dasar komunikasi yang baik dengan orang lain ketika anak kita tumbuh dewasa.
Seperti keterampilan lainnya, keterampilan komunikasi harus terus dilatih. Teruslah melatih keterampilan komunikasi ini yah moms. Pertama-tama memang cukup sulit dilakukan, terutama jika kita dulu didik oleh orangtua yang otoriter.
...Semangat moms...